07 April 2016

Kucing-kucing yang Kedinginan

Sumber gambar: animalcaresamos.com

Karena saya adalah seorang pemelihara kucing, saya akan coba menuliskan perumpamaan singkat tentang "Kucing-kucing yang kedinginan"

Suatu hari, ada seorang pria yang berpendapat bahwa perayaan Natal sebagai sebuah tahayul. Sebut saja namanya Freeman (agak rhyme dengan nama saya hehehe).

Freeman bukanlah orang yang jahat. Dia adalah pria setia yang penuh kasih sayang kepada keluarganya (eissseeeeeh). Dia hanya tak percaya pada kelahiran TUHAN yang mengambil wujud manusia yang dikabarkan setiap gereja di hari Natal.

Pada suatu hari natal di tahun 2013 (mengapa saya pilih tahun 2013? Well... natal GMS My Home tahun 2013 di Hotel Santika Diandra terasa sangat spesial bagi saya) isteri Freeman dan anak-anaknya sudah siap untuk berangkat ke gereja..

“Saya sungguh minta maaf jika saya membuat kamu sedih,” ujar Freeman kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.

“Tetapi saya tidak mengerti mengapa TUHAN mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal,” lanjut Freeman.

Pada pagi itu, isteri dan anak-anaknya pergi menghadiri acara natal di gereja. Langit tampak mendung. Freeman menolak untuk menemani mereka. Katanya: “Saya tidak mau menjadi munafik. Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang.”

Tak lama setelah keluarganya berangkat, hujan mulai turun. Freeman melihat keluar jendela dan memandang rintik- rintik hujan berjatuhan membasahi bumi. Ia masuk ke kamarnya dan merebahkan diri di atas tempat tidur sembari membaca sebuah buku.

Halaman demi halaman buku itu sudah berlanjut terbaca hingga sebuah suara menyita konsentrasinya. "Meooooow, meoow, meooooooooooow."

Freeman pun mendekat ke jendela kamarnya dan melihat keluar. Ia mendapati beberapa ekor kucing sedang berteduh di depan teras rumahnya.

Ia pergi keluar rumah dan menemukan sekumpulan kucing terbaring berdekatan untuk saling menghangatkan. Kucing-kucing itu terlihat kelaparan dan gemetaran kedinginan. Beberapa ekor di antaranya malah terlihat basah karena hujan. Angin yang bertiup kencang menambah dinginnya suhu udara di pagi itu.

"Saya tidak bisa membiarkan kucing-kucing ini kedinginan di luar," pikir Freeman.

"Lalu bagaimana saya bisa menolong mereka?"

Freeman teringat akan gudang tempat menyimpan barang-barang bekas di halaman depan rumahnya. Freeman yakin gudang itu pasti bisa memberikan tempat berlindung yang hangat.

Dengan tergesa-gesa Freeman kembali ke kamarnya untuk mengambil jaketnya dan kunci gudang. Segera ia membuka pintu gudang lebar-lebar dan menyalakan lampunya sambil memanggil kucing-kucing itu.

"Ctt ctt ctt ctt..." begitulah suara Freeman mencoba memanggil kucing-kucing itu.

Namun, kucing-kucing itu tidak beranjak dari tempat mereka. Freeman pun mulai memikirkan ide lain....

"Ahaaa! Memancing mereka dengan makanan pasti dapat menuntun mereka masuk," pikirnya.

Freeman berlari kembali ke rumahnya, mengambil roti lalu meremah-remah roti tersebut. Ia mencoba menebarkan remahan roti dari teras rumahnya sampai ke gudang hingga sebungkus roti habis dijadikan remahan.

Namun Freeman harus kecewa. Kucing-kucing itu tidak juga beranjak dari teras rumahnya.

Freeman pun mencoba ide lain. Ia merentangkan tangannya dengan tujuan menggiring mereka seperti anjing menggiring domba kembali ke kandang.

Namun, justru kucing-kucing itu berpencar ketakutan kocar-kacir.

Freeman mulai putus asa. Ia patah semangat dan berpikir...

"Mereka menganggap saya sebagai sosok yang menakutkan.”

Dalam rasa keputus-asaannya, Freeman berbalik hendak kembali ke dalam rumah sambil bergumam...

"Haaaah... kalau saja aku bisa menjadi kucing beberapa menit saja. Aku pasti bisa menuntun mereka masuk ke dalam gudang, sehingga mereka bisa aman dan selamat dari ancaman kedinginan..."

(Sampai di sini, apakah pembaca blog saya yang budiman sudah mulai "ngeh" kesimpulannya?)

Tepat pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Freeman berdiri tertegun, terpaku, diam mematung selama beberapa saat.

Suara lonceng itu seakan menjadi tamparan yang menyadarkannya dari peristiwa yang baru saja terjadi, sekaligus menjadi suara yang merdu menyambut Natal yang indah.

Dalam kesunyian halaman rumahnya, terpaan udara dingin, dan rintik gerimis hujan yang seakan enggan mereda... Freeman bertekuk lutut di atas rumput halamannya yang basah. Ia merinding dan tak berdaya merasakan jamahan TUHAN saat itu juga.

Sumber gambar: scottburns.wordpress.com


Ia terisak.

Menangis terseduh-seduh.

“Sekarang aku mengerti!”
"Aku mengerti ya TUHAN!"
"Aku mengerti mengapa Engkau mau turun ke dunia mengambil wujud manusia!"

Teman-teman, para pembaca blog saya yang budiman. Mari kita ambil waktu sejenak untuk mengucap syukur. Ungkapkan syukur kita kepada TUHAN, karena pengorbanan-Nya lah kita bisa beroleh karunia keselamatan.

GOD bless you!