25 July 2016

Redwood atau Beringin?

Shalom para pembaca blog saya yang budiman. Semoga kasih karunia, damai sejahtera, penyertaan, dan kemurahan TUHAN selalu beserta anda dan keluarga.

Kali ini saya akan membagikan sedikit renungan tentang perumpamaan pohon tinggi dan pohon rendah. Merupakan hal wajar jika tidak ada manusia yang ingin dipandang rendah oleh sesamanya. Sebaliknya, manusia cenderung mengejar banyak hal agar orang-orang di sekitar mereka bisa mengaguminya. Hal ini umumnya terjadi pada orang-orang yang masuk di golongan usia profesional muda. Yaaah... setidaknya tidak dipandang rendah.

Tidak ada yang salah dengan hal itu, karena Firman TUHAN di 1 Timotius 4:12 menyatakan bahwa:

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

Pohon Redwood (Sumber: sevennaturalwonders.org)

Apakah ada di antara para pembaca sekalian yang pernah mendengar nama pohon “redwood”? Ya, jenis pohon ini adalah pohon tertinggi di duina. Pohon redwood mampu tumbuh menjulang tinggi hingga mencapai ketinggian 115 meter. Sebagai perbandingannya, anda bisa melihat gambar di bawah ini:

(Sumber: www.savetheredwoods.org)

Bandingkan dengan pohon-pohon pada umumnya yang memiliki ketinggian rata-rata 12 hingga 20 meter. Misalkan sebuah pohon beringin yang pada umumnya tumbuh mencapai ketinggian 8 hingga 12 meter. Berikut adalah gambarnya:

Pohon Beringin (Sumber: www.kaskus.co.id)

Mari ambil waktu kita sejenak untuk melihat kedua jenis pohon di atas. Selain tingginya, dapatkah para pembaca melihat perbedaan lain? Saya akan kembali ke topik ini lagi nantinya. Sebelumnya, saya menyebutkan bahwa tidak ada yang salah ketika manusia itu cenderung tidak ingin dipandang rendah dan berusaha meraih berbagai hal agar dapat dikagumi orang-orang di sekitar mereka.

Yang kemudian menjadi permasalahan adalah ketika sedang dalam proses meningkatkan kualitas diri agar dikagumi orang-orang itu, apakah mereka:

1. Menjatuhkan/menyingkirkan orang lain?
2. Mementingkan diri sendiri?
3. Menjadi sombong/angkuh?
4. Memandang rendah orang lain?
5. Menjauh dari TUHAN?

Jika tadinya para pembaca menemukan perbedaan lain dari kedua jenis pohon di atas adalah dari segi rindangnya daun, maka saya ucapkan selamat bahwa anda sedikit-banyak telah mencerna perumpamaan saya.

Pohon redwood yang merupakan jenis pohon tertinggi di dunia tidak mempunyai daun yang rindang. Orang-orang di sekitar pohon redwood itu tidak bisa berlindung dari teriknya sinar mentari. Mereka juga tidak bisa berteduh dari rintik hujan yang turun membasahi bumi. Alhasil, pohon redwood hanya berguna ketika ditebang, dijatuhkan, dan diambil batang kayunya.

Di lain pihak, pohon beringin meskipun tidak setinggi pohon redwood, namun memiliki daun yang rindang. Orang-orang bisa merasakan sejuknya udara ketika berteduh di bawah pohon beringin. Meski berdiri tidak setinggi redwood, namun beringin tidak ditebang karena manfaatnya. Beringin juga merupakan salah satu pohon penyerap karbondiaoksida terbaik di dunia yang berarti bermanfaat mengurangi pencemaran.

Golongan redwood adalah orang-orang dengan tipikal:
1. Pengejar prestise belaka
2. Gaya direktur utama (DirUt) tapi berpotensi bangkrut (ditebang)
3. Sombong/angkuh
4. Apatis dengan sekitarnya
5. Mementingkan diri sendiri

Amsal 21:4 menyatakan bahwa:

“Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa.”

Golongan beringin adalah orang-orang dengan tipikal:
1. Pengejar pertumbuhan iman
2. Gaya cleaning service (membersihkan pencemaran) tapi berpotensi executive
3. Rendah bukan rendahan, tapi rendah hati bagi sesama dan rendah diri di hadapan TUHAN
4. Peduli dengan sekitarnya
5. Mengayomi/memayungi/menyejukkan orang-orang yang berteduh di bawahnya

Penulis tidak menghakimi, karena penghakiman adalah haknya TUHAN semata.

Penulis hanya menyakini bahwa TUHAN merindukan kita menjadi beringin, bukan redwood.

Penulis juga yakin bahwa ketika kita dekat dengan TUHAN dan takut akan TUHAN, mujizat dapat terjadi dalam hidup para pembaca sekalian. Yaitu menjadi redwood dengan daun serindang beringin.

AMIN.

23 June 2016

Mulut Memaafkan, Apakah Perbuatanmu Juga?



1 Yohanes 3: 18

Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Mari kita flashback mengenang kisah yang telah berlalu sekitar 35 tahun. Ketika saya membaca kisah nyata ini, saya sadar bahwa memaafkan tidak cukup hanya diucapkan dengan mulut saja. Anda benar-benar telah memaafkan apabila itu disertai dengan perbuatan, tentu saja perbuatan yang sesuai dengan firman TUHAN.

13 Mei 1981. Saat itu seluruh dunia dihebohkan dengan sebuah insiden penembakan. Tentu saja yang menghebohkan bukan peristiwanya saja, namun target/korban penembakan tersebut adalah Paus Yohanes Paulus II. Kejadian tersebut berlokasi di lapangan Santo Petrus, Vatikan. Pelaku penembakan diketahui bernama Mehmet Ali Agca.

Paus menderita luka yang sangat serius dan nyaris meregang nyawa. Sesaat sebelum hilang kesadaran, Paus sempat berkata: "Ya TUHAN, ampunilah dia."

Empat hari setelah dirawat di rumah sakit, Paus secara terbuka menyatakan kepada publik bahwa dirinya telah memaafkan Agca. Proses hukum telah berjalan, Agca divonis hukuman penjara seumur hidup.

Dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1983 (dua hari setelah Natal) Paus mengunjungi Agca di penjara Rebbibia yang berada di kota Roma. Dari hati ke hati, dia berbicara dengan orang yang pernah hendak membunuhnya. Secara langsung Paus menyampaikan kepada Agca bahwa dia telah memaafkannya.

Pada tahun 2000, Paus meminta secara resmi kepada pengadilan tinggi Roma untuk memberi pengampunan kepada Agca sehingga masa tahanan yang seharusnya seumur hidup dikurangi menjadi hanya 19 tahun saja.

Memaafkan tidak cukup hanya di mulut saja, namun harus disertai dengan perbuatan nyata. Jika anda para pembaca yang budiman pernah merasa tersakiti karena perbuatan seseorang, sangat baik jika anda telah memaafkannya. Tetapi akan jauh lebih baik jika kata maaf/pengampunan itu juga anda tunjukkan lewat perbuatan. Selain hal itu akan menolong seseorang yang pernah menyakiti anda agar tidak lagi terus dihantui rasa bersalah, di sisi lain juga lebih menolong anda hidup selalu dalam damai sejahtera.

07 April 2016

Kucing-kucing yang Kedinginan

Sumber gambar: animalcaresamos.com

Karena saya adalah seorang pemelihara kucing, saya akan coba menuliskan perumpamaan singkat tentang "Kucing-kucing yang kedinginan"

Suatu hari, ada seorang pria yang berpendapat bahwa perayaan Natal sebagai sebuah tahayul. Sebut saja namanya Freeman (agak rhyme dengan nama saya hehehe).

Freeman bukanlah orang yang jahat. Dia adalah pria setia yang penuh kasih sayang kepada keluarganya (eissseeeeeh). Dia hanya tak percaya pada kelahiran TUHAN yang mengambil wujud manusia yang dikabarkan setiap gereja di hari Natal.

Pada suatu hari natal di tahun 2013 (mengapa saya pilih tahun 2013? Well... natal GMS My Home tahun 2013 di Hotel Santika Diandra terasa sangat spesial bagi saya) isteri Freeman dan anak-anaknya sudah siap untuk berangkat ke gereja..

“Saya sungguh minta maaf jika saya membuat kamu sedih,” ujar Freeman kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.

“Tetapi saya tidak mengerti mengapa TUHAN mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal,” lanjut Freeman.

Pada pagi itu, isteri dan anak-anaknya pergi menghadiri acara natal di gereja. Langit tampak mendung. Freeman menolak untuk menemani mereka. Katanya: “Saya tidak mau menjadi munafik. Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang.”

Tak lama setelah keluarganya berangkat, hujan mulai turun. Freeman melihat keluar jendela dan memandang rintik- rintik hujan berjatuhan membasahi bumi. Ia masuk ke kamarnya dan merebahkan diri di atas tempat tidur sembari membaca sebuah buku.

Halaman demi halaman buku itu sudah berlanjut terbaca hingga sebuah suara menyita konsentrasinya. "Meooooow, meoow, meooooooooooow."

Freeman pun mendekat ke jendela kamarnya dan melihat keluar. Ia mendapati beberapa ekor kucing sedang berteduh di depan teras rumahnya.

Ia pergi keluar rumah dan menemukan sekumpulan kucing terbaring berdekatan untuk saling menghangatkan. Kucing-kucing itu terlihat kelaparan dan gemetaran kedinginan. Beberapa ekor di antaranya malah terlihat basah karena hujan. Angin yang bertiup kencang menambah dinginnya suhu udara di pagi itu.

"Saya tidak bisa membiarkan kucing-kucing ini kedinginan di luar," pikir Freeman.

"Lalu bagaimana saya bisa menolong mereka?"

Freeman teringat akan gudang tempat menyimpan barang-barang bekas di halaman depan rumahnya. Freeman yakin gudang itu pasti bisa memberikan tempat berlindung yang hangat.

Dengan tergesa-gesa Freeman kembali ke kamarnya untuk mengambil jaketnya dan kunci gudang. Segera ia membuka pintu gudang lebar-lebar dan menyalakan lampunya sambil memanggil kucing-kucing itu.

"Ctt ctt ctt ctt..." begitulah suara Freeman mencoba memanggil kucing-kucing itu.

Namun, kucing-kucing itu tidak beranjak dari tempat mereka. Freeman pun mulai memikirkan ide lain....

"Ahaaa! Memancing mereka dengan makanan pasti dapat menuntun mereka masuk," pikirnya.

Freeman berlari kembali ke rumahnya, mengambil roti lalu meremah-remah roti tersebut. Ia mencoba menebarkan remahan roti dari teras rumahnya sampai ke gudang hingga sebungkus roti habis dijadikan remahan.

Namun Freeman harus kecewa. Kucing-kucing itu tidak juga beranjak dari teras rumahnya.

Freeman pun mencoba ide lain. Ia merentangkan tangannya dengan tujuan menggiring mereka seperti anjing menggiring domba kembali ke kandang.

Namun, justru kucing-kucing itu berpencar ketakutan kocar-kacir.

Freeman mulai putus asa. Ia patah semangat dan berpikir...

"Mereka menganggap saya sebagai sosok yang menakutkan.”

Dalam rasa keputus-asaannya, Freeman berbalik hendak kembali ke dalam rumah sambil bergumam...

"Haaaah... kalau saja aku bisa menjadi kucing beberapa menit saja. Aku pasti bisa menuntun mereka masuk ke dalam gudang, sehingga mereka bisa aman dan selamat dari ancaman kedinginan..."

(Sampai di sini, apakah pembaca blog saya yang budiman sudah mulai "ngeh" kesimpulannya?)

Tepat pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Freeman berdiri tertegun, terpaku, diam mematung selama beberapa saat.

Suara lonceng itu seakan menjadi tamparan yang menyadarkannya dari peristiwa yang baru saja terjadi, sekaligus menjadi suara yang merdu menyambut Natal yang indah.

Dalam kesunyian halaman rumahnya, terpaan udara dingin, dan rintik gerimis hujan yang seakan enggan mereda... Freeman bertekuk lutut di atas rumput halamannya yang basah. Ia merinding dan tak berdaya merasakan jamahan TUHAN saat itu juga.

Sumber gambar: scottburns.wordpress.com


Ia terisak.

Menangis terseduh-seduh.

“Sekarang aku mengerti!”
"Aku mengerti ya TUHAN!"
"Aku mengerti mengapa Engkau mau turun ke dunia mengambil wujud manusia!"

Teman-teman, para pembaca blog saya yang budiman. Mari kita ambil waktu sejenak untuk mengucap syukur. Ungkapkan syukur kita kepada TUHAN, karena pengorbanan-Nya lah kita bisa beroleh karunia keselamatan.

GOD bless you!