17 February 2013

Aneka Kisah Semasa Sekolah #02


Jumpa lagi, lagi-lagi kita berjumpa.

Ini adalah lanjutan dari ceritaku sebelumnya (Aneka Kisah Semasa Sekolah #01). Tentu saja pada kesempatan ini, aku akan kembali bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah. Langsung aja yok! Tanpa cas cis cus!


  • Kakak Kelas


Diceritakan kami (aku dan kawan-kawan) yang pada waktu itu dalam masa puber sedang ngefans sama seorang cewek. Kakak kelas. Cakep. Wuuih, kalo minjem istilah yang lagi ngetrend nih ya... Bening coy! Namanya juga kakak kelas, so pastinya lebih maju donk usianya (SMA kelas III) ketimbang kami yang waktu itu lagi duduk di bangku SMP kelas III (kalo sekarang disebut kelas IX), tepatnya kelas III-B. Ada suatu sebutan yang kami sematkan pada kakak kelas ini. Kelapa muda.

Eits! Jangan salah sangka dulu coy! Bukan berarti "kelapa"nya masih muda loh (tapi emang masih muda kok, yaah... pada waktu itu). Tapi, lebih dikarenakan penampilannya yang fresh, cantik, masih muda, dan hijau (apanya yang hijau ya?). Nah, pada waktu itu kelas kami berada di lantai III (paling atas) sedangkan kelasnya si kelapa muda ada di lantai dasar. Jangan heran kalo kami sering berbaris di depan balkon lantai III untuk memandang ke bawah. Ke arah kelapa muda itu. Ada kalanya beberapa di antara kami kembali masuk ke dalam kelas, kecewa karena kelapa muda yang ditunggu-tunggu tak kunjung menampakkan diri. Sampai ada seorang dari kawan kami yang dengan sangat antusiasnya berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arah lantai dasar.

"Woi, kelapa muda woi! Kelapa muda!"

Kontan aja kami yang tadinya di dalam kelas kembali berhamburan ke luar dan secepat mungkin ambil posisi untuk memandang ke bawah. Aaah, indahnya! Seperti halnya kelapa muda asli, terasa kesegaran walau hanya dengan memandang.

Jam istirahat II, lagi-lagi kami harus sabar menanti kelapa muda yang ntah berada di mana. Lagi-lagi ada beberapa orang yang lebih memilih untuk kembali masuk ke dalam kelas. Lagi-lagi ada seorang kawan yang lagi-lagi berteriak dan lagi-lagi menunjuk ke arah bawah (kebanyakan lagi-lagi).

"Woi, kelapa muda woi! Kelapa muda!"

Lagi-lagi beberapa orang berhamburan ke luar dan memandang ke bawah.

"Mana kelapa mudanya?"

Nggak keliatan, celingak-celinguk, tetap nggak keliatan.

"Hahaha, ketipu kalian semua!"

"Kampret! Ke sini lu, woi jangan lari!"

Semua serentak mengejar penipu kelapa muda tadi. Sampai sekarang, aku nggak pernah tau sebenarnya siapa nama kelapa muda itu. Yang sering memberi kesegaran kepada kami waktu itu. Yang tidak terlihat lagi setelah kami naik ke SMA kelas I. Kelapa muda itu, kelapa muda itu sekarang mungkin sudah menjadi kelapa tua. Wkwkwkwk.


  • Roti Bantal


Makanan? Bukan coy! Pembalut!

Diceritakan pada waktu itu masih minggu-minggu awal SMP I. Aku udah pake celana biru, ngga merah lagi coy! Pasti kalian juga pernah bangga kan... berganti dari celana merah ke biru?

Aku nggak tau dengan sekolah lain di kotaku, tapi... sekolahku kedatangan tim dari "Softex" (merek pembalut, masa nggak tau kau?).

Pada kesempatan itu, tim dari Softex akan membagikan pembalut khusus untuk semua siswi SMP kelas I secara gratis. Pada saat tim dari Softex masuk ke kelas kami, kebetulan guru yang sedang mengajar waktu itu guru cewek. Setelah mendapat izin dari guru, tim dari Softex memulai promosinya sebelum membagikan pembalut. Begini ceritanya...

Tim Softex: "Adik-adik, khususnya yang perempuan sudah pernah
dengar yang namanya Softex belum?"

(Semua diam... Hening.....)

Tim Softex: "Softex itu merek sebuah
produk pembalut..." (dipotong oleh guru)

Guru: "Bilang roti bantal aja lah, lebih
enak di dengar."

Tim Softex: "Nggak apa-apa lah, 'bu... Ntar ada
yang nggak ngerti. Jadi begini adik-adik, mungkin di antara
kalian yang perempuan sudah ada yang tau tentang Softex atau sudah ada yang
pernah menggunakannya tetapi malu mengakuinya saat Kakak tanyakan tadi.
Tidak perlu malu yah, pada dasarnya perempuan akan menggunakan pembalut juga
suatu saat nanti. Cepat atau lambat."

(Terlintas di pikiranku waktu itu... "Barang apaan itu ya?
Pakaian dalam bukan, ya? BH kali, ya di dalam bungkusan kotak itu?")

Tim Softex: "Nah, pada kesempatan ini... Kakak akan membagikan
Softex secara gratis kepada kalian semua yang perempuan. Buat yang memang
belum tau apa kegunaannya, nanti bisa ditanyakan kepada Mama di rumah atau
bisa juga kepada Ibu Guru Biologi kalian."

(Aku mikir lagi... "Kenapa harus guru biologi? Apa karena
guru biologi kami perempuan? Aaah, guru Matematika yang sekarang
juga perempuan kok.")

Tim dari Softex pun mulai berkeliling dan membagikan pembalut itu. Satu bungkus aku nggak tau isinya berapa, yang aku ingat pada waktu itu masing-masing siswi mendapat tiga buah item yang memang kalau diliat-liat mirip dengan roti bantal (wkwkwkwk aku ketawak sambil ngetik blog ini). Beberapa siswi terlihat canggung menerimanya.

Guru: "Udah, udah... Langsung aja disimpan.
Jangan diliat-liat. Apalagi yang laki-laki."

Tim dari Softex senyum-senyum aja mendengar ucapan guru kami barusan. Aku jadi semakin penasaran, apa itu sebenarnya dan apa gunanya... Pasti sesuatu yang tabu. Tabu. Begitulah kesimpulanku pada waktu itu. Setelah selesai membagikan roti bantal itu, tim dari Softex pun pamit dengan guru kami untuk menuju ke kelas berikutnya.

Kebetulan banget nih yang di depanku itu adalah cewek. Langsung aja kutanyai.

"Eh, apaan tuh yang dibagikan barusan?", tanyaku sambil menunjuk ke arah laci mejanya.

"Nggak tau", jawabnya singkat.

Aku pun mulai memancing, "Kolor ya? Atau BH?"

"Isssh, bukanlah! Udahlah, jangan tanya lagi!", jawabnya agak sebel.

Bukan dia aja yang sebel, aku juga sebel jadinya karena rasa penasaran masih belum tuntas. Tidak lama kemudian, bunyi bel pergantian mata pelajaran pun berbunyi. Guru matematika keluar dari kelas dan untuk sementara waktu kelas masih tanpa guru. Aku pun iseng beranjak dari tempat dudukku dan meraih roti bantal dari dalam laci cewek yang duduk di depanku tadi (Namanya Suryana. "Maaf ya, Sur... Kisah ini aku tulis di blog"). Di genggamanku sekarang ada satu roti bantal. Aku pun mengangkatnya tinggi-tinggi dan bilang gini:

"Roti bantal woi! Siapa mau makan?"

Sontak aja seisi kelas tertawa.

"Sini, balikin itu. Hei! Bikin malu aja lu!", Suryana berusaha meraih roti bantal yang
sedang ku genggam.

Takut diraihnya, aku melempar roti bantal itu ke arah kawan cowok yang lain. Hasilnya? Terjadilah aksi lempar-melempar roti bantal. Aku nggak tau deh pada waktu itu, Suryana pasti malu banget. Takut guru berikutnya akan segera masuk ke dalam kelas, aksi itupun terhenti ntah di tangan siapa dan dikembalikan kepada Suryana. Segera ia masukin tuh roti bantal ke dalam tas, sambil ngomel ke aku.

"Kurang kerjaan kali kau, bikin malu aja pun!"

Aku pun membalas, "Jangan dimasukin dalam tas, ntar
roti bantalnya penyok loh."

Suryana orangnya ceplas-ceplos. Bawaannya santai aja. Nggak pendendam. Orangnya asyik pokoknya. Kabar terakhir yang aku tau sekarang dia di Perth, Australia (Barat) dan sudah bekerja di sana setelah sebelumnya juga kuliah di sana. Aku sendiri nggak tau kapan tepatnya aku paham apa itu roti bantal. Benar-benar kisah roti bantal yang tak terlupakan. Wkwkwkwk.


Sekian dulu "Aneka Kisah Semasa Sekolah"ku.
bersambung...
... ke bagian #03...

05 February 2013

Aneka Kisah Semasa Sekolah #01

Jumpa lagi, lagi-lagi kita berjumpa.

Gak terasa udah 9 tahun lamanya kutinggalkan masa-masa sekolah. Sering teringat kisah lucu, sedih, memalukan, membanggakan, suka, dan duka. Sesaat sebelum tidur, sering aku tersenyum, bahkan nggak jarang merenung bila mengingat aneka kisah semasa sekolah.

Aku kangen masa-masa sekolahku.
Yang nggak mungkin terulang lagi.
Aku kangen sahabat-sahabatku.
Teman-temanku.
Guru-guruku.
Aku kangen kalian semua.

Sekolahku (Perguruan Kristen Kalam Kudus)
Cabang Pematangsiantar (mungkin sekarang sudah
direnovasi dan tampak berbeda dari gambar-2003)

Buat para pembaca sekalian, kalian yang belum menyelesaikan masa-masa sekolah... Saranku: "Nikmatilah masa-masa sekolah kalian semaksimal mungkin." Kenapa? Karena 10 dari 10 orang yang kutanyak, 10 orang menjawab kangen banget dengan masa-masa sekolah.

Buat para pembaca yang udah menyelesaikan masa-masa sekolah... Kalian pasti pernah merasakan apa yang aku rasakan. Kisah yang akan kubagikan di bawah ini merupakan kisah nyata. Kisah yang mudah-mudahan dapat memberikan senyuman, tawa kecil, inspirasi, ataupun kesan-kesan lainnya bagi para pembaca.

  • Bolos Sekolah
Buseeeet! Aku sendiri sempat nggak percaya juga, kok bisa-bisanya topik bolos ini pertama kali terlintas di pikiranku ya... Franky, itulah nama sahabat setiaku bolos bareng.
Liat cowo kaos biru berkacamata itu?
Naaah, itu dia si Franky. Kalo aku?
Tentu saja yang berdiri di sampingnya.

Di awal-awal kegiatan bolos kami, jujur aja kami masih amatiran. Ketauan pihak sekolah dan orang tua. Kacau dah pokoknya! Berikut ceritanya:

Buat yang punya hobi gaming, pasti tau donk yang namanya "Ragnarok Online"? Tujuan bolos kami berdua yah itu tadi, pengen main RO di warnet langganan kami (Oxygen-Net, Pematangsiantar). Namanya masih amatiran, bolos pake seragam sekolah, duduk di warnet langganan, mulai bermain, ditelepon ke warnet, ketauan, dan akhirnya dipaksa dan terpaksa ke sekolah lagi.. Pernah ketauan bolos, skill bolos kami pun meningkat. Kalau sebelumnya tujuan bolos kami untuk gaming, selanjutnya kami bolos karena murni malas masuk sekolah. Terus terang, aku ga pernah jadi inisiator bolos. Franky selalu mengajakku untuk bolos diawali dengan telepon ke rumahku:

"Seng (panggilanku di sekolah), bolos yok!"

"Kenapa? Mau maen RO lagi?
Ya udah ku kawanin lah kau maen,
tapi jangan ke Oxygen lagi, ke warnet lain aja
biar ga ditelepon orang rumah."

"Nggak, bukan mau maen RO.
Kau liat lah PR Akuntansi itu,
belum siap aku. Kau udah siap?"

"Belum siap juga."

"Makanya, bolos aja kita.
Lagian aku malas masuk sekolah
hari ini. Ada ide ke mana kita bagusnya?"

"Ya udah ayok bolos, tapi jangan lupa
bawa 1 kaos untuk ganti baju.
Nanti kita bayar tiket aja masuk
ke kolam renang, ganti kaos di sana."

"Oke oke, sip! Ntar aku
jemput kau ya..."

Seperti yang direncanakan, hari itu kami bolos. Tidak ketauan. Setelah ganti kaos, kami duduk di kantin kolam renang itu. Ga tau ke mana, bosan melirik-lirik ke arah kolam nggak ada cewe seksi berbaju renang, akhirnya kami ke warnet juga... Tapi bukan warnet langganan. Setiap kali bolos, kami selalu ganti kaos di toilet kolam renang, dan selalu juga berakhir dengan acara gaming. Kalau tidak ke warnet, yaah ke rental PlayStation. Wkwkwkwk.

  • Bola Setan
Kami menamainya "Bola Setan" karena nggak ada aturan mainnya.



Dapat bola, tendang sekuat tenaga. Yang parahnya, bukan ditendang ke arah gawang... Tendang ke arah siapa aja yang mau kau "bongek" pakek bola. Nggak jarang ada yang kesakitan kaki, paha, perut, dada, pantat, "anu", punggung, bahkan mukaknya kalo kenak "bongek" telak. Yang paling parahnya ya ini, kami memainkan "Bola Setan" ini di dalam ruangan kelas, tepatnya di depan kelas (celah kosong antara papan tulis dengan meja guru). Pot bunga yang ada di koridor kelas 1 SMP pernah menjadi korban "Bola Setan" karena arah bola yang kesetanan keluar dari ruangan kelas. Peringatan dari BP (Bimbingan dan Penyuluhan) sekolah nggak pernah kami patuhi walaupun sudah dihukum. Ada kalanya bola kami disita BP, cuci toilet, kutip sampah, loncat kodok naik turun tangga, push up, scot jump, dan ngepel koridor nggak ada yang bikin kapok. Nggak ada bola, ya nggak maen. Bola ada lagi, "Bola Setan" lagi. Nggak jarang isi kelas jadi bauk keringat gara-gara baru siap maen "Bola Setan" di kelas. Kalo "Bola Setan" udah mulai, yang nggak sukak maen terutama yang cewe-cewe pasti keluar dari kelas. Wkwkwkwk.

"Pelajaran Olahraga, maen bola di lapangan.
Jam istirahat, maen "Bola Setan" di kelas."

  • Hitung Mundur/Countdown
Masih teringat waktu itu kelas 3B SMP, udah lupa siapa orangnya yang menyetel jam dinding di kelas... Jam, menit, dan detiknya pas kali dengan waktu lonceng berbunyi.

Kalo dihitung mundur: "5, 4, 3, 2, 1... 0!" Pasti lonceng berbunyi. Parahnya, semua cowo di kelas melakukan hitung mundur. Yang paling parah, bukan dengan suara biasa, beberapa cowo bahkan berteriak sekuat tenaga. Begitu kuatnya dentuman suara hitung mundur itu, seisi sekolah dapat mendengarnya. Aku sendiri masih geleng-geleng kepala kalau membayangkan kejadian itu sekarang. Guru yang mencoba menghentikan aksi hitung mundur pun tidak dapat berbuat banyak, karena semua cowo terlibat. Satu cowo diam, 20-an lagi masih berteriak. Kapan terakhir kali kami melakukannya, aku udah lupa. Mungkin akhirnya bosan sendiri. Wkwkwkwk.

Sekian dulu "Aneka Kisah Semasa Sekolah"ku.
bersambung...
... ke bagian #02...