03 December 2012

anda rasis KAMI NAJIS

Belakangan ini, isu rasis sedang hangat diperbincangkan oleh berbagai media di Indonesia. Rasis (rasialisme) sendiri memiliki arti 1 prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; 2 paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul [sumber: KBBI].

Aksi rasis yang dilakukan siapapun tentu saja tidak dapat diterima, baik oleh korban rasis maupun yang bukan korban rasis (masyarakat misalnya). Apalagi kalau aksi rasis tadi dicetuskan oleh seorang public figure yang diwacanakan akan menjadi calon presiden negara ini. Siapa lagi kalau bukan Rhoma Irama. Mari kita sambut:
sumber (gambar): lensaindonesia.com

  • Kasus Pertama
Pada sebuah kesempatan dalam ceramahnya di sebuah Masjid, Rhoma Irama bertutur begini:

"Memilih pemimpin bukan hanya soal politik, tapi sudah termasuk ibadah, (baca ayat) hai orang-orang yang beriman jangan sekali-sekali kau mengangkat pemimpin dari orang-orang kafir disamping orang-orang yang beriman, (ayat lagi) kalau memilih pemimpin yang nonmuslim maka sanksinya adalah mendapat azab dari Allah SWT."
sumber: politik.kompasiana.com

Tentu saja isi ceramah Rhoma Irama di atas tidak salah. Karena bagi seorang Muslim seperti dirinya, mengutip ayat-ayat suci pada saat ceramah di sebuah Masjid dan mengajak orang-orang yang seiman dengannya untuk memilih pemimpin yang non-muslim masih dapat dibenarkan.

Yang menjadi perdebatan setelah ceramahnya itu adalah: Pil-Gub DKI yang sudah dekat pelaksanaannya. Seperti yang kita ketahui bahwa ada dua pasangan calon gubernur DKI:
  1. Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli
  2. Joko Widodo - Basuki Tjahaja (Cahaya) Purnama / A Hok
Pasangan calon gubernur yang pertama sama-sama beragama Muslim.

Pasangan calon gubernur yang kedua, satunya Muslim (Jokowi), dan satunya lagi Kristen (A Hok).

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Menggunakan isu Agama dalam berkampanye itu sah-sah saja asal sesuai tempatnya. Akan tetapi, apabila isu yang digunakan sudah menyinggung rasialisme (suku dan bangsa) maka lain lagi ceritanya. Berikut lanjutan isi ceramah Rhoma Irama yang rasis:

"Dalam hal ini ada dua kandidat kita, buka siapa kandidat ini biar umat mengerti, biar umat tahu. Yang pertama, Fauzi Bowo dan Nachrowi. Fauzi Bowo Gubernur dan Nachrowi Wakil Gubernur, Fauzi Bowo Muslim, Nachrowi Muslim, Fauzi Bowo Betawi, Nachrowi Betawi. Harus jelas ini jaman keterbukaan. Calon kedua, Jokowi sama Ahok. Jokowi Muslim, tapi orang tuanya Kristen, suku bangsanya Jawa. Ahok suku bangsanya Cina, agamanya Kristen. Ini harus dijelaskan bahwa siapa pemimpin agar kita memilih pemimpin tidak seperti beli kucing dalam karung."
sumber: politik.kompasiana.com

Khusus untuk ketikan yang saya cetak tebal merupakan isu rasis yang terucap dari mulut Rhoma Irama. Bahkan fitnah yang ditujukan kepada orang tua Jokowi tidak benar. Padahal orang tua Jokowi adalah Muslim. sumber: forum.detik.com

Tidak sampai di situ saja, ceramah rasis Rhoma Irama berlanjut lagi kemudian. Begini penuturannya:

"Waktu tahun 72 saya pergi ke Singapura untuk mengikuti ASEAN Pop Festival. Dan juara Pop Singer Asia Tenggara adalah saya sendiri. Di sana saya ngobrol-ngobrol, saya diminta tolong sampaikan hati-hati bahayanya salah Gubernur, saya khawatir Jakarta jadi Singapuranya Indonesia. Dulu Singapura ini wilayah Malaysia, tapi setelah dikepung secara ekonomi, dikuasai secara politik, maka Singapura memisahkan diri menjadi negara sendiri. Negara yang tadinya wilayah Melayu jadi negara Cina, dari negara Muslim menjadi negara Kristen, innalillahi."

"Karena yang namanya Jokowi ini hanya batu loncatan saja. Oke dia menyelesaikan beberapa periode sebagai gubernur, tapi setelah beliau siapa yang jadi Gubernur? Ahok? Kalau sudah Ahok yang seorang nonpribumi menjadi Gubernur di Jakarta Ibu Kota Indonesia, maka martabat bangsa tergadaikan citra binasa tercabik-cabik."

"Kalau sudah seorang Kristen memimpin Ibu Kota Jakarta, negara yang mayoritas Muslim ini maka umat Islam menanggung aib besar di mata dunia internasional, Inalillahi. Saya tahu banyak umat Muslim yang mengidolakan Jokowi, saya tahu betul, betul, karena memang beliau orangnya, menurut mereka dia sabar, santun, ini, itu, idola banget deh. Tapi inget Jokowi hanya batu loncatan nanti yang berkuasa adalah Ahok yang non muslim, Ahok yang Cina, Ahok yang Kristen, inalillahi, naudzubillah min dzalik."

"Sekedar ini yang bisa saya sampaikan, mohon nanti disampaikan pada semua umat Islam yang tidak hadir di sini, kepada saudara kita, teman-teman kita, tetangga kita, pengalaman saya di Singapura tolong disampaikan jangan sampai tragedi di Malaysia, Singapura menjadi negara sendiri, jadi negara Cina, yang negara kafir. Semoga Jakarta dilindungi Allah SWT dari cengkraman nonpribumi dari cengkraman kafir, Amin Ya Robbal Allamin."
sumber: politik.kompasiana.com

Yang harus kita pertanyakan adalah:

"Untuk apa Rhoma Irama memunculkan isu rasis / suku
dalam sebuah ceramah Agama?"

"Bukankah Agama Islam membuka pintu untuk semua ras / suku
yang ada di dunia ini?"

"Bukankah cukup sampai titik di mana mengatakan Fauzi Bowo adalah Muslim
dan A Hok adalah non Muslim?"

"Mengapa dilanjutkan dengan membedakan ras / suku? Apakah ada
hubungannya antara Agama dan ras / suku?
Jawab: TIDAK ADA HUBUNGANNYA."

Dari awal, pihak Jokowi - A Hok tidak pernah menutup-nutupi latar belakang mereka. Baik Agama maupun ras / suku mereka jelas diketahui oleh publik. Apalagi pada zaman teknologi informasi canggih sekarang ini, saya rasa tidak ada yang tidak tahu Agama dan ras / suku pasangan Jokowi - A Hok bahkan sebelum ceramah Rhoma Irama.

Mungkin Rhoma Irama perlu contoh nyata di belahan dunia lain.


Link di atas adalah berita yang mengabarkan seorang Muslim terpilih menjadi walikota untuk kota Calgary di Kanada. Sekedar informasi, Agama Islam di Kanada adalah minoritas. Seorang minoritas menjadi pemimpin? Apa salahnya? Sejauh beliau mempunyai kemampuan dan kapabilitas untuk memimpin, saya rasa sah-sah saja beliau terpilih.

  • Kasus Kedua
Ucapan yang sekali lagi mengusung isu rasis / suku terekam jelas pada acara "Mata Najwa Rhoma Irama Mendadak Capres" di MetroTV. Video lengkapnya dapat Anda saksikan di sini:


Berikut kutipan ucapan rasis Rhoma Irama pada acara tersebut:
R: Rhoma Irama
N: Najwa Shihab

R: "Ada sesuatu yang spesifik, yang ekstrim, yang tidak biasa..."

N: "Apa itu?"

R: "Katakanlah misalnya seperti peristiwa yang di Jakarta, yang menjadi
kontroversi pemilu kemarin. Misalnya eeeemh,
Inilah kalau kita ucapkan barangkali tidak (terhenti, kemudian dilanjutkan)
saya rasa bisa dirasakan tanpa diucapkan secara jelas."

N: "Saya tidak menangkap maksud Anda
apa situasi ekstrim di Jakarta yang (dipotong oleh Rhoma Irama)."

R: "Oke, oke. Adanya misalnya satu etnis yang tidak biasa menjadi birokrat
kini menjadi birokrat. Ini suatu (dipotong oleh Najwa)."

N: "Anda mengacu ke wakil gubernur
saat ini Basuki Cahaya Purnama?"

R: "Iya saya rasa seperti itu yang dirasakan oleh umat saya."

N: "Apa spesifiknya yang ekstrim,
apa yang ekstrim dari etnis yang
tidak biasa menjadi birokrat dan
(dipotong oleh Rhoma Irama)"

R: "Jadi ada hal yang tidak biasa, ada satu kecemasan, ada satu ke-ke-ke-kegelisahan
di kalangan umat. Nah ini, ini yang terjadi sebetulnya saat ini.
Nah sebetul, kebetulan saya berada pada itu tadi, pada pusat pusaran itu.
Dengan diadilinya saya, di mana, di panwaslu. Itu sudah, umat sudah menilai
bahwa ini mengadili Agama, mengadili Al'Quran, seperti itu."

N: "Mmm, jadi Anda merasa representasi
umat Islam bahkan Anda merasa
representasi orang yang diadili karena
kasus Anda kemaren mengucapkan
kampanye SARA?"

R: "Barangkali bukan itu ucapannya. Bukan saya yang merasa,
tapi beliau-beliau yang melihat itu."

N: "Dan Anda menyetujuinya?"

R: "Kenapa?"

N: "Anda sependapat dengan ucapan
beliau-beliau yang tadi Anda sebut?"

R: "Mmm, saya rasa, saya tidak dalam kapasitas itu ya."

N: "Tapi ketika Anda mengutarakan ini
berartikan Anda menyetujui pemikiran mereka."

R: " Oke saya setuju."

N: "Anda setuju?"

R: "Saya setuju."

N: "Setuju bahwa memang tadi,
Anda (dipotong oleh Rhoma Irama)"

R: "Ada satu kekhawatiran anak bangsa dan umat Islam ke depan. Apalagi situasi politik
ke depan ini akan semakin, ada kelompok ini ada semakin, apa ya, semakin agresif
untuk mencapai posisi-posisi politik gitu. Nah ini (dipotong oleh Najwa)"

N: " Kelompok apa ini? Anda harus
hati-hati berbicara ini Bang Rhoma."

R: "Makanya."

N: "Kelompok-kelompok apa ini yang
Anda maksud semakin
agresif dan (dipotong oleh Rhoma Irama)"

R: "Anda telah mengucapkan tadi ya, Anda sudah mengucapkan tadi, bahwa
ada satu, satu kelompok etnis yang secara ekonomi sudah sangat mendominir
perekonomian Indonesia."

N: "Dan itu membuat Anda terpanggil
untuk, untuk ikut naik (dipotong oleh Rhoma Irama)"

R: "Dan kali ini secara politik mereka juga mulai begitu agresif ya. Nah ini yang
mencemaskan anak bangsa khususnya umat Islam, karena melihat bahwa situasi
politis mulai tidak proporsional dan ini juga mengacu kepada demokrasi kita terlalu dini
untuk mencapai demokrasi yang liberal seperti Amerika gitu."

N: "Oke, saya harus potong, saya harus break. Tetapi,
memimpin negeri yang sangat majemuk, yang sangat
plural, argumen-argumen yang tadi Anda katakan
justru akan bisa membahayakan kemajemukan
dan pluralitas kita, Bang Rhoma."

R: "Oouh tidak, tidak."

N: "Kita akan lanjutkan setelah pariwara,
tetap di Mata Najwa. Kami kembali sesaat lagi."

Sesuai dengan judul blog saya di atas: anda rasis KAMI NAJIS. Sengaja saya ketikkan dengan huruf kecil "anda rasis", karena rasis hanya dilakukan oleh orang-orang kecil, bermental kecil, berpikiran kecil dan sempit.

Orang-orang dengan sifat seperti itu, saya rasa tidak cocok dan tidak layak untuk memimpin Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai ini.

Saya pribadi adalah seorang non Muslim. Bukan berarti secara serta-merta saya mendukung pasangan Jokowi - A Hok. Saya mendukung yang lebih baik dan benar.

Walaupun sebagai seorang non Muslim dan non pribumi, kewarganegaraan saya adalah Indonesia. KTP saya, KTP Indonesia. Paspor saya berlambang Burung Garuda. Saya hapal dengan lagu Indonesia Raya, bahkan saya sendiri tidak hapal dengan lagu kebangsaan etnis saya. Saya hapal Pancasila.

Jadi mengapa harus ada isu-isu rasis? anda rasis KAMI NAJIS.

Komentar yang baik:
1. Tidak kasar / vulgar.
2. Tidak rasis.